Mengenang Statement Prabowo : Sifat Ramah Adalah Kejelekan Bangsa Indonesia, Naif dan Goblok. - Indowordnews

Breaking

09 July 2017

Mengenang Statement Prabowo : Sifat Ramah Adalah Kejelekan Bangsa Indonesia, Naif dan Goblok.

Masih hangat dalam ingatan, apa maksud dari Prabowo ketika di depan kader - kader Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Prabowo Subianto sempat mengatakan 'Bangsa Indonesia ini kadang-kadang terlalu ramah, naif, lugu dan kadang-kadang goblok (bodoh)'. Namun, ia juga mengapresiasi sifat ramah ini sebenarnya manjadi karunia.
Prabowo Subianto
Sebagaimana dikutip dilaman REPUBLIKA.CO.ID, Calon presiden tahun 2014 lalu (akhirnya kalah bersaing dengan Jokowi) yang diusung Partai Gerindra dan koalisinya Prabowo Subianto menyindir kelemahan sifat bangsa Indonesia yang kadang-kadang terlalu ramah, naif, lugu dan goblok (bodoh).

"Bangsa Indonesia ini kadang-kadang terlalu ramah, naif, lugu dan kadang-kadang goblok (bodoh). Sifat ramah ini sebenarnya manjadi karunia sekaligus kejelekan bangsa Indonesia," kata Prabowo di depan kader-kader Partai Keadilan Sejahtera (PKS).

Pernyataan ini diungkapkan Prabowo dalam acara "Konsolidasi Nasional Pemenangan Pilpres 2014 (Election Update ke-5)," yang diselenggarakan DPP PKS di Hotel Chandra Kirana, Jakarta, Selasa (27/5) petang.

Bangsa Indonesia yang mayoritas beragama Islam ini, kata Prabowo, sangat ramah dengan tamunya. Dari berbagai suku bangsa, kita kalau kedatangan tamu, walaupun keluarganya susah makan, maka akan pinjam dari tetangga, bahkan utang dulu di warung.

Dengan kebaikan ini, jelas Prabowo, kadang-kadang kita terlalu ramah, naif, lugu. Anda tahu singkatan "Lugu"?

Ya, lucu dan goblok. Kita ingin jadi bangsa terhormat, tidak hanya bisa menjadi pasar, atau membeli barang dari negara lain. Indonesia harus bisa memproduksi manufaktur sendiri," ujar Prabowo.

Menurut Prabowo, bangsa Indonesia memiliki martabat dan kehormatan. Bangsa Indonesia hendaknya tidak hanya mampu membeli, apalagi meminjam hutang dari luar negeri, namun harus mampu memproduksi barang sendiri, di dalam negeri.

Prabowo ketika menjadi Capres (2014) kalah dari Pasangan Jokowi-Jk. Dalam percakapannya dengan awak media saat itu, JK mengungkapkan kekalahan Prabowo dipengaruh oleh faktor yang merupakan "gol bunuh diri" dari kubu Prabowo.

Komentar Fahri Hamzah yang menyebutkan Jokowi 'sinting' karena menetapkan hari santri," adalah salah satu faktornya. Pernyataan itu menyebabkan sebagian kalangan santri di Jawa Timur marah.

Kesalahan menjadi istilah citra "Gol bunuh diri" yang kedua adalah kesalahan Hatta dalam memahami Kalpataru saat debat calon presiden dan wakil presiden. Dalam debat tersebut, Hatta Rajasa salah menyebut Kalpatru untuk penghargaan Adipura. Hal itu jadi olok-olok seluruh Indonesia.

KALPATARU, ADIPURA, ADIWIYATA
Piagam Kalpataru, Adipura, Adiwiyata.
Mengenai Kalpataru adalah penghargaan tertinggi bidang lingkungan hidup di Indonesia setelah itu adipura, dan adiwiyata.

Ketiga jenis penghargaan tersebut diberikan setiap tahun sebagai salah satu rangkaian peringatan Hari Lingkungan Hidup di Indonesia. Meskipun sama-sama diberikan sebagai apresiasi terhadap kepedulian pada lingkungan hidup, antara kalpataruadipura, dan adiwiyata memiliki perbedaan dalam 'nilai beri' penghargaan.

Kalpataru adalah penghargaan di bidang lingkungan hidup yang diberikan kepada individu atau kelompok yang berjasa dalam usaha pelestarian lingkungan hidup.

Penerima penghargaan kalpataru dikelompokkan dalam empat kategori yaitu perintis lingkungan, pengabdi lingkungan, penyelamat lingkungan, dan pembina lingkungan.

Adipura merupakan penghargaan untuk kota di Indonesia yang berhasil dalam kebersihan dan pengelolaan lingkungan.

Adiwiyata adalah penghargaan yang diberikan kepada sekolah-sekolah (SD, SMP, dan SMA) yang dinilai berhasil mendidik siswa menjadi individu yang cinta dan bertanggung jawab terhadap lingkungan hidup.

Mungkin dengan kekasaran, maka bangsa ini bisa besar, kalilah..Oh ya pantesan, kaum 'bumi datar' seperti Rizieq CS dan lain-lain yang mengekor Prabowo jadi bengis dan kasar. Maunya paham kediktatoran dan radikalisme harus diusung dalam politik kebangsaannya. Padahal Indonesia ini adalah negara beradab, mau diubah negara biadab? No way...

Awas, provokator tingkat atas. Masih mau percaya!?

EMBO

No comments:

Post a Comment