Fahri Hamzah. ©dpr.go.id |
"Dugaan saya Pak Jokowi tetap cari ekonom kalau 20 persen. Karena Pak Jokowi akan sulit dibela dalam teori ekonomi. Dia pasti cari ekonom," kata Fahri di Komplek Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (9/8).
"Dulu kan seru (debat cawapres) antara bekas Menko Kesra lama Pak JK melawan Menko Perekonomian baru Pak Hatta. Seru kan," sambungnya.
Sebagaimana di muat Merdeka.com. Wapres dari kalangan ekonom, kata Fahri, diperlukan karena tak lepas dari tren penurunan ekonomi nasional di mana komoditi dan daya beli masyarakat menurun berbanding dengan utang negara yang kian besar hingga mencapai Rp 3.706,52 triliun. Membengkaknya utang negara, menurut Fahri, karena pemerintah tengah gencar membangun infrastruktur di daerah-daerah.
"Sekarang kan komoditas rendah, pendapatan rendah, ada ekspansi infrastruktur yang habiskan uang. Jokowi lakukan utang sama cabut subsidi. Ini sudah dua-duanya susah dibela. Ini dia perlu ekonom," terangnya.
Soal jumlah pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden, Fahri menyebut, hal itu tergantung pada keputusan MK soal ambang batas pencalonan Presiden 20 persen. Dia memprediksi jika MK menganulir ambang batas capres 20 persen, maka jumlah pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden akan semakin banyak.
"Kita tunggu saja dulu judicial review di MK. Sebab kalau jadi 0 persen ini akan ramai. Calonnya akan banyak," tambahnya.
Oleh karenanya, lanjut Fahri, apabila kontestan di Pilpres makin banyak, Jokowi dituntut mencari pendamping yang kompeten.
"Kalau ramai, dia mesti cari wakil kompatibel. Karena perangnya ini bunuh membunuh. Artinya kejam ini perdebatan. Akan lahir banyak orang menggugat argumen yang ada," pungkasnya. (m/k)
No comments:
Post a Comment