Kamila Putri Hanisa (Lingkungan Fakultas Geografi UGM angkatan 2017). Foto:PR |
Namanya mejadi buah bibir saat pembaca acara mengumumkan mahasiswa termuda di tengah hiruk pikuk 8.322 mahasiswa baru UGM (6.128 mahasiswa program sarjana dan 2.194 program diploma) yang memadati halaman Graha Sabha Pramana, Bulaksumur UGM, Senin, 7 Agustus 2017.
Kamila, yang tepatnya berusia 15 tahun 5 bulan 12 hari, menempuh studi jenjang SD-SMP-SMA kurang 10 tahun lamanya. Dia selalu mengikuti kelas akselerasi di Madrasah Ibtidaiyah Nahdlatul Ulama Minu Pucang, Sidoarjo, SMP Negeri 1 Sidoarjo dan SMA Negeri 2 Sidoarjo. Kakaknya, Anissa Putri Afifa, juga menjadi mahasiswa baru tahun ini di STAN, Jakarta. “Saya menyalip kelas kakak, jadi pas kuliah bersamaan,” ujar dia.
Pilihannya pada program studi geografi, menurutnya, didasari kecintaanya pada lingkungan dan bahan bacaan. “Sejak kecil,saya senang pada lingkungan alam. Cita-cita saya nanti menjadi ahli geografi atau kerja di National Geographic,” ujar dia sambil tersenyum.
Menurut Kamila, dua kunci bisa sukses kuliah usia muda, yaitu doa orangtua dan tekun belajar. Anugerah kecerdasannnya belum tentu membawa kebaikan apabila orangtua tidak mendoakan dan merestui setiap keinginan Kamila. "Peran orangtua sangat berpengaruh,”katanya.
Kamila adalah anak kedua dari tiga bersaudara, dari pasangan, Apip Saepul Hapid 50 tahun dan Arini 44 tahun.
Kamila yang sebelumnya mendaftar lewat jalur Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi (SBMPTN) mengaku sempat mengalami kesusahan dalam mengerjakan soal, khususnya, dipelajaran Kimia. Dia mengaku belajar di kelas percepatan atau akselerasi bisa mengalami depresi. Saat-saat sulit semacam itu, orangtua selalu hadir, membesarkan hati dan membimbingnya.
Kemudian tuntutan jam belajar lebih padat di sekolah maupun di tempat kursus, menjadi problem tersendiri. Menurutya, belajar di sekolah saja belum cukup. Kaerna itu dia mengikuti pelajaran tambahan untuk mengejar nilai pelajaran yang di bawah target.
Menambah jam belajar
Setiap pelajaran pokok seperti matematika, fisika, kimia, harus meraih nilai minium 92. Agar target tercapai, dia dengan keinginan sendiri menambah jam belajar, dengan guru maupun les di luar sekolah. “Guru-guru saya sangat membantu untuk mengatasi kekurangan nilai. Kalau nilai di bawah target, saya diminta untuk mengulangi atau remedi,” kata dia.
Di luar dugaan, teman-teman barunya menerima kehadirannya sehingga dia mengaku tidak canggung. Selain itu, Kamila mengaku sering bergaul dengan teman usianya lebih tua di atasnya sejak masih kecil (SD). Sosialisasi masa kecilnya membantu mengatasi pergaulan di kampus. “Saya tidak grogi dengan teman-teman baru yang lebih senior usianya,” ujarnya.
Menjadi mahasiswa termuda, menurut dia, dia mulanya merasa akan mendapat kendala dalam interaksi dengan teman-taman yang usianya rata-rata lebih tua di atasnya. Saat proses registrasi mahasiswa baru mulai dijalaninya, teman-teman seangkatan yang lebih tua pun dijumpainya.
Rektor UGM Jogjakarta Prof. Panut Mulyono mengatakan, ia tidak mengkhawatirkan terkait adanya mahasiswa yang berumur 15 tahun tersebut dan tidak ada peraturan khusus terkait hal itu.
Pihaknya juga tidak akan membedakan Kamila dengan mahasiswa lainnya di UGM Jogja. “Tidak masalah, sekarang dia sudah keterima di UGM menandakan dia mempuni,” paparnya kepada awak media.
(mk)
Sumber Pikiran Rakyat
No comments:
Post a Comment