Ketum Partai Perindo Hary Tanoesoedibjo & Sekjen Partai Perindo M Rofiq, bakal mendukung Jokowi di Pilpres 2019 mendatang (Foto: Ilustrasi)
|
Aneh juga toh. Kok, partai yang baru berdiri harus menuntut ikut kans dalam pencalonan kandidat presiden di 2019? Seharusnya partai-partai gurem ini terlebih dahulu menyesuaikan diri dengan iklim politik di Indonesia. Ibarat kata 'kenalan baru sayang, maka tak cinta', ini langsung mau melejit. Bisa naik darah nanti, tau!!
Apalagi partai itu tuch, yang satu lagi apa namanya, iya partai Idaman itu. Rhoma Irama punya, mana Iramanya?! Kan pengen nyalon juga, katanya. Yusril yang bilang lho ya! Lalu ada partai syariah Alumni 212. Gurem itu..kan baru didirikan menuju Pileg 2019.
Nah, statemen Mendagri ini keren loo. Idealnya Partai politik itu, kata Tjahjo Kumolo, merupakan representasi (mewakili) suara rakyat Indonesia. Salah satu bentuk legitimasi sebuah partai politik pun adalah lewat pemilu.
Maka, "kalau ada orang mau jadi presiden dengan aturan 0 persen, komitmen dalam meningkatkan kualitas demokrasi dalam pemilihan presiden yang merupakan rezim partai politik jadi tak akan menunjukkan bobot kualitasnya," (mikir dulu) ujar Tjahjo saat ia menjadi Pembicara Dalam Rangkaian Acara Pembukaan Rating Kota Cerdas Indonesia (RKCI) Mei 2017, di Istana Wakil Presiden Jakarta.
Persoalan ini kian menjadi manuver yang tak dapat dihindari. Di muat oleh koran SINDO, partai Perindo mencermati perkembangan politik menuju Pemilu 2019, lewat Ketum Perindo Hary Tanoesoedibjo, partai Perindo mengindikasikan dukungannya terhadap Presiden Joko Widodo sebagai Capres 2019.
“Untuk Pilpres, melihat perkembangan sekarang, Kongres Partai mendatang akan mengusulkan Pak Jokowi sebagai calon Presiden 2019,” tutur Hary Tanoe.
Sinyal positif tersebut disampaikan Hary Tanoe seusai acara Penganugerahan Kepala Daerah Inovatif di Hotel Westin, Jakarta, Selasa 1 Agustus 2017 yang juga dihadiri Mendagri Tjahjo Kumolo.
Hary Tanoe menuturkan DPP Partai Perindo juga sudah menyiapkan berbagai langkah guna menyukseskan Pilpres 2019 tersebut, khususnya bagi para kader yang bernaung pada Partai Perindo.
“Dari Pileg, tentunya kami selalu menegaskan kepada seluruh kader dan pengurus untuk terus menerus menyatu ke masyarakat,” tegasnya.
Ketum Perindo memaparkan langkah tersebut dilandasi arahan ke kader bahwa seseorang yang terjun ke partai politik harus siap bersinergi dan mengabdi untuk masyarakat.
“Kita harus melayani masyarakat, bukan dilayani,” tuturnya.
Hary Tanoe berharap langkah tersebut secara tidak langsung juga dapat meningkatkan elektabilitas Partai Perindo dan kader yang akan berlaga di Pemilihan Legislatif.
Sebenarnya Jokowi memiliki tantangan cukup besar, yaitu merangkul dukungan dari kelompok muslim. Hal ini akibat tingkat kepercayaan publik masih tinggi kepada Jokowi, bisa jadi akan dilawan dengan isu identitas sehingga terkesan belum melakukan apa-apa, agar rontok.
Namun ini spekulasi, pihak-pihak pengusung partai tidak dapat membedah secara gamblang PT 20% itu. Rakyat semakin cerdas, sehingga Perindo punya haluan yang berbeda itu sah-sah saja. Ibarat pribahasa "di mana batang timbul, di situ kita berpegangan melawan arus".
Asal, bukan 'kecebong pada waktunya', bagai amfibi bisa hidup di dua alam atau terlihat gemuk isi melompong!!! Suara rakyat ditelantarkan, karena kuasa.
Ayoo, Pak Hary Tanoe, berdamailah dengan waktu. Berdamailah dengan sikon.. Break down.
(embo)
No comments:
Post a Comment