Foto: ebrahim/Pixabay/cnnindonesia |
------------
Kasih ibu,
kepada beta
tak terhingga sepanjang masa
Hanya memberi,
tak harap kembali,
Bagai sang surya, menyinari dunia.
--------------
Teringat dengan satu pribahasa “Kasih Sayang Ibu Sepanjang Masa, Kasih Sayang Anak Sepanjang Galah”pasti sudah tidak asing bagi kalian dengan pribahasa tersebut, yang mana pribahasa tersebut memiliki arti kasih sayang seorang ibu yang diberikan kepada anaknya itu selamanya seumur hidup sedangkan kasih sayang anak yang diberikan kepada orangtua itu memiliki batasan.
Datanglah Ustadz Abdul Somad, LC yang mengatakan Hari Ibu budaya kafir, Yahudi, HARAM hukumnya. Pokoknya Ust. satu ini, jika ditanya dan dimintai jawaban terkait apapun dijawab dengan lugas terserah mau kontroversi atau mau heboh sekalipun, tidak peduli. Dia Maha Tahu ini Ust. Dengan statemen nya membuyarkan Kasih Ibu dan kebiasaan dunia maya menghastag dan memviralkan pesan pengertian akan sesuatu makna dalam hidup, termasuk hari Ibu adalah Hari Yang dinikmati sebagai momen spesial. Tapi Somad Datang dengan ANGKUHNYA.
SIMAK VIEDONYA:
Mengenang seorang IBU melalui ajakan massal. Tidak hanya Hari Raya atau Hari Kepahlawanan dan Kebangsaan namun IBU dan pendidikan adalah Hari yang dihargai bagi jagat Milineal sekarang tanggal 22 Desember 2017. stiap tahun. Sebab batas-batas waktu dan jarak terkadang memisahkan antara anak dan orang tuanya, mugkin saja sebab pekerjaan atau pelbagai hal lain sehingga anak dan orang tuanya mungkin ada yang sedang tidak bersama atau tinggal dengan Ibunya.
Dalam pribahasa disebutkan “kasih sayang anak sepanjang galah” yang mana berarti kasih sayang seorang anak memiliki batasan, akan tetapi mengapa di era sekarang banyak sekali anak yang sering membentak ibu mereka, menjadikan ibu mereka seperti pembantu, dan bahkan tidak segan-segan mereka memukul ibu mereka.
Dalam Al-Qur'an ada firman Allah SWT bagi umat Islam untuk mengamalkan ayat terkait Kasih Ibu.
Apa mereka tidak memiliki rasa kasih sayang terhadap ibu mereka yang telah mengandung mereka selama kurang lebih 9 (sembilan) bulan, dengan taruhan nyawa ibu mereka berjuang untuk melahirkan mereka disertai dengan tetesan air mata kebahagian. Sebagaimana Arti firman ALLAH dibawah ini:
“Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdo’a: “Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri ni’mat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai. berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri.” (Qs. Al-Ahqaaf : 15).
SEJARAH HARI IBU ADALAH KE-INDONESIAAN ASLI, BUKAN YAHUDI ATAU DIMANAPUN ASLI MUARA ASALNYA TETAP INDONESIA, USTAD SOMAD selalu menyebut kafir tanpa dasar pemahaman yang ketat. Masing-masing negara berbeda istilah penyebutan Hari Ibu (Mother Day).
Selamat Hari Ibu! Sebuah kalimat sederhana yang mungkin mewarnai media sosial plus foto bersama ibu atau mengucapkan secara langsung sebelum berangkat kerja. Di Indonesia, perayaan Hari Ibu tak memiliki tradisi khas. Perayaan lebih bersifat personal. Masing-masing pribadi punya cara sendiri dalam merayakannya.
Akan tetapi, apa hari ibu dimaknai sebagai pemberian penghargaan atas jasa mereka? Dalam lagu Kasih Ibu, terdapat potongan lirik "Kasih ibu kepada beta, tak terhingga sepanjang masa." Apa iya kasihnya yang 'sepanjang masa' ini cukup dihargai dalam sehari apalagi hanya lewat ucapan.
Seorang anak siapkan bunga kejutan untuk ibundanya di Hari Ibu./Mirror |
Hari Ibu merupakan peringatan atau perayaan terhadap peran seorang ibu. Seorang wanita khususnya seorang ibu tentu memiliki peran yang besar baik di dalam keluarganya, maupun di lingkungan sosialnya.
Mengutip pernyataan resmi Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak RI, Yohana Susana Yembise, peringatan hari ibu bukan soal memberikan penghargaan bagi ibu karena dedikasinya pada keluarga alias peran domestik sebagai pengurus rumah tangga. Justru hari ibu diperingati sebagai momentum untuk mengenang dan menghargai semangat kaum perempuan dari berbagai latar belakang dalam pergerakan merebut, menegakkan dan mengisi kemerdekaan.
Perayaan Hari Ibu tidak dilakukan serentak di seluruh dunia. Setiap negara memiliki waktunya masing-masing untuk merayakan hari spesial ini.
Jepang dan Amerika merayakan Hari Ibu pada pekan kedua bulan Mei, sedangkan di Arab Saudi dan negara-negara timur tengah, Mother's Day dirayakan pada 21 Maret. Ini tak hanya di rayakan di Arab Saudi, melainkan juga di Mesir, Yordania, Suria, Palestina Libya dan Sudan.
Di Arab Saudi, Hari Ibu menjadi mementum untuk mendedikasikan, mengakui dan menghargai semua jasa Ibunda. Dilansir dari Arabnews, momentum ini juga menjadi momen untuk memperbaiki hubungan antara ibu dan anak, yang tengah berselisih paham.
Menko PMK Puan Maharani. (dok.kemenko PMK)
|
Dalam konteks kekinian, ibu yang memberikan vaksinasi kepada anaknya, yang memperhatikan kebutuhan gizi tumbuh kembang balitanya, dan yang peduli terhadap pendidikan anaknya adalah wujud kasih sayang ibu yang sesungguhnya.Hal ini tampaknya sejalan dengan awal ditetapkannya Hari Ibu oleh Presiden Soekarno. Pada 22 Desember 1928 diselenggarakan Kongres Perempoean Indonesia di Yogyakarta. Kongres yang diselenggarakan di Dalem Jayadipuran ini dihadiri oleh sekitar 30 organisasi wanita dari 12 kota di Jawa dan Sumatera.
Kongres berawal dari semangat Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928. Tertular semangat pemuda, kaum perempuan terbakar semangatnya dan menyelenggarakan kongres. Kongres dimaksudkan untuk menggalang persatuan antarorganisasi yang saat itu cenderung bergerak sendiri-sendiri.
Dilansir dari CNN-Indonesia, saat kongres yang ketiga di Bandung pada 1938, diputuskan tanggal 22 Desember sebagai Hari Ibu. Kemudian pada 22 Desember 1953 sekaligus peringatan kongres yang ke-25, Presiden Soekarno melalui Dekrit RI No.316 Tahun 1953 menetapkan setiap 22 Desember diperingati sebagai Hari Ibu.
Awalnya, Hari Ibu diperingati untuk mengenangkan jasa dan semangat kaum perempuan dalam memperjuangkan dan mengisi kemerdekaan. Namun dalam perkembangannya sekarang ini, Hari Ibu juga dirayakan untuk menghargai jasa ibu dalam berbagai hal, termasuk karier, urusan rumah tangga, dan kodrat alami sebagai ibu.
Lalu seandainya semua Dunia berbahasa Ummi maka Ibu dianggap istilah nyeleneh? Kalau demikian maka daripada lama-berlama dalam jenaggalan hidup so gantikan saja istilah IBU menjadi UMMI bagi Ustad Somad dan yang simbol kerabismeannya tinggi.
Selamat Hari Ibu!
[embo]
No comments:
Post a Comment