Buya Syafii Maarif dalam Gala Dinner peluncuran bukunya "AHMAD SYAFII MAARIF SEBAGAI SEORANG JURNALIS". Di hadiri Rini Soemarno, Karni Ilyas, Bambang Soesatyo |
Buku Ahmad Syafii Maarif Sebagai Seorang Jurnalis akan diluncurkan pada 24 Februari 2018 di Ballroom Grand Quality Hotel Yogyakarta. Peluncuran akan dilaksanakan bertepatan dengan gala dinner peresmian Graha Suara Muhammadiyah.
Sebelumnya, Buya Syafii sudah menelurkan beberapa karya tulis seperti Mengapa Vietnam Jatuh Seluruhnya ke Tangan Komunis (1975), Dinamika Islam (1984), Islam, Mengapa Tidak (1984), Percik-Percik Peikiran Iqbal (1984) serta Islam dan Masalah Kenegaraan (1985).
Bagi Pemimpin Perusahaan Suara Muhammadiyah, Deni Asyari, Buya Syafii memang terbilang sangat aktif sebagai jurnalis di Suara Muhammadiyah. Baik sebagai reporter, redaktur, sampai pimpinan.
"Tapi, memang beliau tidak memakai nama asli, beliau lebih sering menggunakan nama pena Salman Sumpur," kata Deni diloansir pada Republika.co.id, Kamis (22/2).
Selama berposisi sebagai juru ketik, istilah reporter atau redaktur di Suara Muhammadiyah dulu, gaya menulis Buya memang cukup berbeda dari penulis lain. Ia merasa, Buya cukup jarang melakukan reportase ke dalam Muhammadiyah sendiri.
Ia menilai, gaya penulisan Buya justru lebih banyak membahas atau menyoroti Muhammadiyah dari aspek-aspek luar persyarikatan. Namun, metode penulisan itu ternyata menghasilkan karya-karya tulisan yang memiliki corak tersendiri.
Buya, lanjut Deni, tampak senantiasa mencoba merangkai pengetahuan-pengetahuan maupun pengalaman-pengalamannya sendiri di luar persyarikatan. Termasuk, bagaimana saat Buya menjalani kehidupan di daerah-daerah.
"Misalkan Buya Syafii pernah tinggal di Kudus, lalu ke Yogya dan beberapa daerah yang jadi basis pengalamannya merumuskan pengalaman-pengalaman baru," ujar Deni.
Dari mata masyarakat awam, sosok Buya Syafii sendiri terbilang cukup kontroversial di Indonesia. Kontroversi biasanya mencuat dari pernyataan-pernyataan maupun pandangan-pandangannya yang kerap berbeda dari arus utama.
Namun, di sisi lain, sosok Buya Syafii sering pula dijadikan simbol tokoh Islam yang teduh, dan cukup piawai menjaga hubungan harmonis antartokoh lintas agama. Untuk itu, menurut Deni, cukup menarik mengetahui sisi lain seorang Salman Sumpur itu sebagai seorang jurnalis.
Di akun twitter Indonesia Lawyers Club @ILC_tvOnenews juga turut mengucapkan selamat atas peluncuran bukunya, Buya! >> "AHMAD SYAFII MAARIF SEBAGAI SEORANG JURNALIS".Selamat untuk peluncuran bukunya, Buya! >> "AHMAD SYAFII MAARIF SEBAGAI SEORANG JURNALIS" pic.twitter.com/NECPOpNoqg— IndonesiaLawyersClub (@ILC_tvOnenews) 24 Februari 2018
***
miki.
No comments:
Post a Comment