Ilustrasi. Eksploitasi dan perdagangan manusia tetap menjadi masalah yang signifikan. humanrightssociety.org |
"Pelacuran adalah gejala kapitalisme," kritik Mao saat itu.
Namun seperti di tempat lain, prostitusi tak pernah benar-benar mati di China. Rumah bordil masih buka secara sembunyi-sembunyi. Kini seiring dengan booming ekonomi China, klub-klub malam di China makin bersinar.
prostitusi di china |
Di Yunan, berdiri rumah-rumah bordil dengan wanita cantik dari Myanmar. Kisah mereka memilukan. Diming-imingi pekerjaan oleh para gangster China dan dipaksa menyeberang perbatasan. Begitu sampai di China, malah dijual untuk jadi pengantin pria tua. Atau dipisahkan menjadi penjaja cinta di hotel dan spa untuk melayani pria berkantung tebal.
Polisi melakukan penggerebekan tersangka terhadap pelacuran, di sebuah hotel di Dongguan, provinsi Guangdong, 9 Februari 2014. |
Lijia Zhang, seorang jurnalis dan pemerhati masalah sosial di China menyebut berkembangnya prostitusi di China tak bisa dilepaskan dari tumbuhnya ekonomi China. Di satu sisi, kesempatan kerja untuk wanita justru terbatas.
"Beberapa perusahaan menetapkan standar yang tinggi bagi wanita. Sementara perusahaan yang lain tak mau mempekerjakan wanita usia produktif," tulis Zhang dalam artikel di South China Post Morning.
Para mahasiswi yang baru saja lulus harus menghadapi tantangan yang berat untuk mendapatkan pekerjaan. Ini berbeda di era sebelumnya dimana pemerintah menyediakan lapangan pekerjaan untuk lulusan universitas tanpa memandang gender.
Zhang juga menyoroti para mahasiswi yang menjadi 'ernai', istilah untuk istri simpanan atau istri kedua para pria berduit. Para wanita terpelajar dan dari keluarga kelas menengah ini terjun ke dunia prostitusi atas pilihan mereka sendiri.
"Mereka sadar peluang mereka mendapatkan pekerjaan yang baik kecil sekali. Sejumlah kecil mahasiswa yang cantik memilih menjadi simpanan pria kaya dan berkuasa," tulis Zhang.
Berbeda dengan para penjaja seks kelas bawah yang terpaksa terjun ke lembah hitam karena kemiskinan, dijual atau dipaksa oleh keluarga mereka.
Kodenya minuman ringan
Soal prostitusi di kalangan kampus ini kembali ramai dibahas di media sosial China. Bagaimana cara mencari mahasiswi yang mau diajak berkencan?
Di forum tersebut dibahas caranya adalah menaruh botol minuman ringan di kap mobil. Kebanyakan mobil yang parkir di dekat kampus itu adalah mobil mewah sekelas BMW.
Situs Whatsonweibo mengutip seorang blogger. Botol minuman yang diletakkan berbeda artinya. Jika botol air mineral, dia mencari mahasiswi bertarif 200 yuan atau sekitar Rp 450.000. Jika botol minuman green tea, artinya mencari wanita bertarif 300 yuan atau sekitar Rp 700.000. Nah, jika kaleng soft drink yang ditaruh, maka pria itu mencari wanita yang lebih tinggi lagi kelasnya. Tarif yang dia tawarkan mencapai Rp 1,4 juta.
Beberapa TV melakukan percobaan dengan menaruh botol minuman di atas mobil mereka di sebuah universitas. Benar saja, tak lama kemudian muncul seorang mahasiswi yang masuk ke mobil.
Namun dilaporkan juga setelah informasi ini banyak tersebar, cara ini tak lagi efektif. Para 'ayam kampus' menjadi lebih waspada.
"Saya menunggu seharian, tak ada yang masuk ke mobil saya," keluh seorang pria.
Prostitusi memang tak pernah mati. Bahkan di negeri tirai bambu sekalipun dia subur.
Sumber: merdeka.com
Eyth.
No comments:
Post a Comment