Tidak bijak anda memakai istilah Muslim Cyber Army…sebab nama Muslim yg menempel pada orang2 di dunia maya ini umum sifatnya.
Usul saya: proses aja pidananya sesuai hukum…tapi menyeret nama Islam seperti dalam kasus War On Terror USA itu bikin dunia hancur
Polisi sering tidak sensitif melihat dinamika masyarakat. Terutama dinamika media sosial.
Ada yang nakal sedikit sekali ya itulah kurva normal dalam masyarakat maka itu harusnya diisolasi. Jangan memancing yang banyak, akhirnya bikin orang salah paham dan marah.
Kenapa pengelola Polkam di negeri ini tidak belajar dari masa lalu? Apa sih yang bikin jutaan orang turun ke jalan? Kenapa membiarkan eskalasi kekecewaan?
Belajar dong dan jangan terus-menerus menganggap kalau sudah menangkap, semua masalah selesai
Dalam kasus Saracen, MCA, dkk itu kenapa yang dipancing identitas agamanya hanya kelompok yang memakai nama “Islam” dan “Muslim” atau yang memakai simbol itu?
Kenapa pretensinya kepada konsep “Jamaah Islamiyah”? Apakah Polri memakai teori teroris dalam memantau socmed?
Pak @jokowi sibuk memperbaiki nama dengan membebaskan ABB segala dan dikasi berobat setelah lama kezaliman kepada orang tua itu diabaikan bertahun2.
Tetapi dibawah, kepada kelompok agama, (intimidasi) terus direproduksi oleh aparat negara. Ini kan jadinya sia-sia saja.
Pemerintah sekarang ini gak tahu cara bikin tenang orang Islam, pasti juga gak akan bIkin tenang yang lain.
Sebab kalau orang Islam gelisah pasti semua gelisah. Satu sisi ingin obral tapi di bawah jual mahal. Ya gak selesai-selesai sampai pemilu. Urus HRS aja pak Jokowi gak sanggup
Kita pengen bantu tapi motif kita sudah beda sih. Ada yang memandang Islam dengan frame melawan teroris, warisan pemerintahan Bush.
Kita sendiri bangsa Indonesia banyak yang tidak berani percaya kepada diri sendiri.
Agama dianggap beban. Beragama dianggap ancaman. Payah!
Terus saja gitu deh, memantik kecurigaan kepada Islam di Indonesia. Saya gak paham deh ini kerjaan siapa.
Tapi itu kebodohan yang berbahaya. Sampai orang harus menghafal “Pancasila” dan “Cinta Tanah Air” dalam ibadah suapaya pemerintah menerima. Itu sih sudah gila!
Islam macam apa yang kalian inginkan? Apa mau seperti Attaturk? Apa mau Azan diganti bahasa Indonesia? Assalamualaikum diganti selamat pagi?
Apa mau sholat pakai baca pembukaan UUD45? Apa sih maunya? Susah betul memahami bahwa yang bodoh itu ya pemerintah
Kata Al-Ghazali, ada tipe manusia yang tidak punya pengetahuan dan tidak paham bahwa dia Gak punya pengetahuan (Rojulun Laa Yadri wa Laa Yadri Annahu Laa Yadri).
Bahaya kalau dalam pemerintahan banyak yang begini. Mereka bikin rusak bukan memperbaiki.
Ayolah, jangan dekati ulama menjelang pemilu. Belajarlah Islam, belajarlah memahami pesan agama tanpa motif politik.
Sampailah pada makrifat sehingga kita jadi orang baik. Itu lebih penting dari yang lain. Mari kita lihat agama dengan cara agama.
Berhentilah bawa paham musuh dalam cara kita membaca diri. Musuh adalah musuh. Mereka tidak punya niat baik untuk kita.
Kembalilah dalam pelukan bangsa dan lihatlah apa yang kita punya secara dewasa. Itulah kita sejak semula. Lawan penyusupan!
Jika hati kita bersih, niat kita tulus untuk membantu bangsa ini, jangankan manusia…alam semesta ini akan berkonspirasi memudahkan jalan kita.
Itu janji Tuhan yg maha kuasa. Maka, mulailah dari perbaiki niat. Niat untuk membela agama. Itulah Pancasila.
Jangan dibalik, orang beragama dianggap anti Pancasila. Sampai orang harus membuktikan dengan menghafal Pancasila saat lagi ibadah kan ini keterlaluan.
Agama dan negara jangan diadu untuk saling meniadakan. Gak akan ada yang menang. Ini pekerjaan musuh. Waspadalah! .... Twitter @fahrihamzah 1/3/18
Sumber: fahrihamzah.com
Usul saya: proses aja pidananya sesuai hukum…tapi menyeret nama Islam seperti dalam kasus War On Terror USA itu bikin dunia hancur
Polisi sering tidak sensitif melihat dinamika masyarakat. Terutama dinamika media sosial.
Ada yang nakal sedikit sekali ya itulah kurva normal dalam masyarakat maka itu harusnya diisolasi. Jangan memancing yang banyak, akhirnya bikin orang salah paham dan marah.
Kenapa pengelola Polkam di negeri ini tidak belajar dari masa lalu? Apa sih yang bikin jutaan orang turun ke jalan? Kenapa membiarkan eskalasi kekecewaan?
Belajar dong dan jangan terus-menerus menganggap kalau sudah menangkap, semua masalah selesai
Dalam kasus Saracen, MCA, dkk itu kenapa yang dipancing identitas agamanya hanya kelompok yang memakai nama “Islam” dan “Muslim” atau yang memakai simbol itu?
Kenapa pretensinya kepada konsep “Jamaah Islamiyah”? Apakah Polri memakai teori teroris dalam memantau socmed?
Pak @jokowi sibuk memperbaiki nama dengan membebaskan ABB segala dan dikasi berobat setelah lama kezaliman kepada orang tua itu diabaikan bertahun2.
Tetapi dibawah, kepada kelompok agama, (intimidasi) terus direproduksi oleh aparat negara. Ini kan jadinya sia-sia saja.
Pemerintah sekarang ini gak tahu cara bikin tenang orang Islam, pasti juga gak akan bIkin tenang yang lain.
Sebab kalau orang Islam gelisah pasti semua gelisah. Satu sisi ingin obral tapi di bawah jual mahal. Ya gak selesai-selesai sampai pemilu. Urus HRS aja pak Jokowi gak sanggup
Kita pengen bantu tapi motif kita sudah beda sih. Ada yang memandang Islam dengan frame melawan teroris, warisan pemerintahan Bush.
Kita sendiri bangsa Indonesia banyak yang tidak berani percaya kepada diri sendiri.
Agama dianggap beban. Beragama dianggap ancaman. Payah!
Terus saja gitu deh, memantik kecurigaan kepada Islam di Indonesia. Saya gak paham deh ini kerjaan siapa.
Tapi itu kebodohan yang berbahaya. Sampai orang harus menghafal “Pancasila” dan “Cinta Tanah Air” dalam ibadah suapaya pemerintah menerima. Itu sih sudah gila!
Islam macam apa yang kalian inginkan? Apa mau seperti Attaturk? Apa mau Azan diganti bahasa Indonesia? Assalamualaikum diganti selamat pagi?
Apa mau sholat pakai baca pembukaan UUD45? Apa sih maunya? Susah betul memahami bahwa yang bodoh itu ya pemerintah
Kata Al-Ghazali, ada tipe manusia yang tidak punya pengetahuan dan tidak paham bahwa dia Gak punya pengetahuan (Rojulun Laa Yadri wa Laa Yadri Annahu Laa Yadri).
Bahaya kalau dalam pemerintahan banyak yang begini. Mereka bikin rusak bukan memperbaiki.
Ayolah, jangan dekati ulama menjelang pemilu. Belajarlah Islam, belajarlah memahami pesan agama tanpa motif politik.
Sampailah pada makrifat sehingga kita jadi orang baik. Itu lebih penting dari yang lain. Mari kita lihat agama dengan cara agama.
Berhentilah bawa paham musuh dalam cara kita membaca diri. Musuh adalah musuh. Mereka tidak punya niat baik untuk kita.
Kembalilah dalam pelukan bangsa dan lihatlah apa yang kita punya secara dewasa. Itulah kita sejak semula. Lawan penyusupan!
Jika hati kita bersih, niat kita tulus untuk membantu bangsa ini, jangankan manusia…alam semesta ini akan berkonspirasi memudahkan jalan kita.
Itu janji Tuhan yg maha kuasa. Maka, mulailah dari perbaiki niat. Niat untuk membela agama. Itulah Pancasila.
Jangan dibalik, orang beragama dianggap anti Pancasila. Sampai orang harus membuktikan dengan menghafal Pancasila saat lagi ibadah kan ini keterlaluan.
Agama dan negara jangan diadu untuk saling meniadakan. Gak akan ada yang menang. Ini pekerjaan musuh. Waspadalah! .... Twitter @fahrihamzah 1/3/18
Sumber: fahrihamzah.com
No comments:
Post a Comment