Sekitar 70 tahun yang lalu, Amerika menjatuhkan bom atom ke Hirosima dan Nagasaki. Foto di bawah diambil oleh Joe O'Donnel, fotografer US Marines setelah bom dijatuhkan.
Gambar : Joe O'donnel. US-Marine. |
Pemandangan tragis-dramatis dalam gambar yang diambilnya itu bahkan membuat jiwanya terpukul hebat. Anak lelaki itu menggendong adiknya yang telah tak bernyawa akibat bom atom.
Anak itu kehilangan segalanya akibat tragedi terburuk dalam sejarah umat manusia itu. Dan anak itu membawa mayat adiknya, mempertahankannya, mengantarnya sendiri ke krematorium di mana jenazah adiknya dikremasi. Dia mempertahankan dan melindungi jenazah adiknya, menahan tangis sambil menggigit bibirnya hingga berdarah untuk memastikan jenazah adiknya mendapatkan penghormatan yang layak.
Lihatlah wajah anak lelaki itu...
Gambar itu merefleksikan secara ekstrim sebuah kesedihan dan keberanian luar biasa seorang anak manusia. Tentang hati dan nyali yang sangat menggetarkan, bahkan setelah 70 tahun lebih berlalu.
Gambar itu juga mengingatkan kita, perjuangan paling berat sebagai manusia adalah untuk 'tidak menyakiti satu sama lain'. Jika anda belum bisa menyayangi orang lain, setidaknya janganlah menyakitinya.
Setiap kali melihat atau membayangkan wajah seperti itu, saya tanpa sadar teringat wajah Ahok. Ia berjuang demi Jakarta yang lebih baik, namun bom hiroshima tak sekuat dahsyat penghancuran jasa dan nama baik yang mest terpisah dengan keluarga dirumah, 13 detik pidato mu itu Hok,,, serasa seisi Indonesia terkena daya ledaknya. Tapi, bagi yang tegar, itu bukanlah bom waktu, namun mereka sang 'pemilik aksi masa lah' yang kelak sejatinya selalu kan menjadi bom waktu dikemudian hari. Pihak asing senang mengintai Indonesia 'beremuk redam'. Terkadang hanya persoalan yang mestinya bisa didamaikan secara maaf nasional, bukan harus meminta rekonsiliasi yang berlebihan, di mana negara sendiri, ia dihantam lewat jarak tak berbilang.
Hok, perjuanganmu juga tentang hati dan nyali. Perjuanganmu juga untuk kehidupan yang lebih baik bagi bangsamu. Sekarang aku makin paham akan wajahmu yang pedih namun penuh keberanian.
Benar, semua tentang hati dan nyali...
No comments:
Post a Comment