Gubernur Bengkulu. Berpidato |
Ridwan Mukti, Gubernur Bengkulu pada
saat tertangkap tangan oleh pihak KPK bersama istrinya Lily Martiani Maddari
dan tiga orang lainnya. Selain itu KPK juga menangkap 5 orang lainnya. Dalam
operasi tangkap tangan itu, mereka digiring beserta dengan barang bukti yang
telah diamankan, yaitu uang rupiah yang masukkan ke dalam satu kardus.
Pihak KPK menduga adanya kegiatan
transaksi antara pihak swasta dan pihak yang terkait dalam penyelenggara negara
di Bengkulu.
Sebenarnya, pihak-pihak yang tertangkap tangan tersebut merupakan pihak pejabat yang sebelumnya memang telah memperoleh warning alias peringatan dari pihak KPK, "hati-hati di bengkulu ada pihak KPK yang memantau", demikian isi peringatan itu. Dan memang benar adanya, bahwa Gubernur Bengkulu itu pun telah jauh hari mewanti-wanti pihak SKPD maupun pejabat-pejabat di lingkungan Pemerintahan Daerah Provinsi Bengkulu untuk tidak melakukan hal-hal yang tidak sepantasnya dilakukan atau dengan upaya melakukan kegiatan "Setor-menyetor" alias tawaran untuk melakukan kebobrokan, terutama mengenai praktek korupsi di daerahnya. Namun, wejangan ini hanyalah "lips Service" istilahnya bagai bibir manis sesaat, ketika dia sendiri dalam beberapa bulan setelah berpidato di depan jajarannya, toh akhirnya terjerumus juga.
Gubernur Bengkulu dan Isteri |
Simak Video Berikut ini :
Dalam pidatonya tersebut, bahwa Komitmen dalam penyelenggaraan pemerintahan yang bersih, tidak boleh main "setor-setoran". Inilah hasil pernyataan itu, sesuai pidato di atas :
Komitmen Bengkulu dalam rangka pemberantasan korupsi ternyata di respon secara baik oleh dunia. Nah, untuk itulah untuk menjadi birokrasi yang bersih dan profesional tidak bisa hanya munafik, tidak hanya diucapkan, tidak hanya diberitakan, tapi juga harus ditunjukkan dalam perilaku sehari-hari, dan komitmen itu juga harus dibuktikan tidak hanya pada level bawah tetapi ditunjukkan juga dari level atas, sambungnya. Dan ini harus dipublikasikan semua. Kebiasaan kita jadi pejabat "setor-menyetor, maka saudara lihat dalam 1 tahun saya memimpin Bengkulu tidak ada lagi setor menyetor untuk menjadi pimpinan SKPD maupun jadi pejabat di provinsi Bengkulu ini.
Dan apabila ini terjadi dikemudian hari, maka saya sampaikan kepada saudara-saudara kita pecat yang bersangkutan apabila melakukan sebuah kebobrokan yang mendapatkan jabatan secara tidak objektif, dan "jangan jadikan kotupsi itu adalah budaya". Kita berpuasa, yaah, kalau kita minum satu gelas dan raga tidak cukup sekehendak kita dengan minum berliter-liter, maka dengan sekian banyak kita puasa. Saya menyampaikan kepada kita semua "saya langsung dibisiki oleh pimpinan KPK". Dia menyampaikan bocoran kepada saya, "Pak Gubernur! Kami memantau terus perkembangan Bengkulu, kami pasang orang kami, KPK ada di Begkulu, setiap hari. Dan hari ini kami telah mendapat laporan bahwa Bengkulu semakin baik, Bengkulu semakin maju, Bengkulu juga semakin menghimbau diri dari perbuatan-perbuatan, yaitu korupsi.
Bingung ya? Indonesia juga bingung, Pejabat jika bicaranya moralitas, maka moral itu ialah menjunjung nilai-nilai idealisme dan integritas sesuai alam berfikir, budaya, sosial dan kearifan di bumi Indonesia ini. Moral agama, moral sosial, dan moral hukum tentu bagian yang terintegrasi dalam satuan pemantapan moril pejabat pemerintahan di negara ini. Jika Awalnya, mendapat penghargaan atas akhlak mulia, dan wejangan yang begitu agamis ketika didalam perintah pada bawahan, akan tetapi atasan pun tidak selamanya tuk senantiasa menjaga komitmen itu.
Hmmmm, begitulah Moralitas dan Akhlak Mulia. Akhlak Mulia dan Moralitas itu ibarat "Iman Muncul dikala Pilkada dan saat Pelantikan, Namun Iman Lepas disaat Setor-Menyetor itu berkelebat di depan mata". Siapapun, bahkan jin-jin sekalipun bakal tergiur, apalagi ketika mendadak lebaran beberapa saat lagi.
Uang, Uang, lagi-lagi butuh uang....Bisa Jadi uang itu buat solidaritas Lebaran, maklum pejabat mesti banting strir mencari tunggangan.
Komitmen tanpa Integritas, Bagai Mulut lain di hati...
No comments:
Post a Comment