Sebelum Anis mencontoh Jepang Jauh-jauh sebelumnya juga Ahok pergi ke Rotterdam, Belanda untuk mencari contoh bagaimana membangun Jakarta yang lebih baik.
Seiring kampanye Pilgub 2016 beberapa tokoh kerap menyampaikan masalah kemajuan negri dengan kisah-kisah Firaunisme masa lalu. Misalnya, Aa Gym pernah berkata, 'Kalau ada orang muslim dukung Ahok karena katanya Ahok bisa membangun, maka sampaikanlah pada dia bahwa "firaun bisa membangun mesir menjadi negara gemerlap", penduduknya hidup makmur tapi fir’aun ....maka Allah hancurkan dia".
Pada zaman Fir’aun, belum ada institusi negara. Pada masa itu, model pemerintahannya masih tradisional: kerajaan. Maka, yang benar: Fir’aun membangun kerajaan, bukan negara.
Ahok tidak membangun kerajaan, tetapi mengelola satu bagian dari negara Indonesia, DKI Jakarta. Ia mengelola satu wilayah tata pemerintahan dari negara Republik Indonesia. Soal gemerlap, Aa Gym mungkin lupa bahwa listrik yang menjadikan Jakarta begitu gemerlap jauh sudah ada sejak sebelum Ahok bahkan menginjakkan kaki di Jakarta.
Soal kemakmuran, nampaknya Aa Gym di sini ada benarnya. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) DKI Jakarta paling tinggi se-Indonesia tahun 2015: 78.99, di mana rata-rata nasional 69.55. Indeks ini sudah merupakan penjumlahan dari tiga segi: umur dan hidup sehat; pengetahuan; dan standar hidup layak. DKI Jakarta, dari data ini, paling maju dibanding daerah-daerah lain di Indonesia.
Jika melihat Anis yang berkunjung ke lain negara beberapa hari terakhir ini. Gubernur terpilih Anis Baswedan sengaja lama tidak muncul di publik, ternyata, menurut Wakil Ketua Tim Media Anies-Sandi, Naufal Firman Yursak, Anies sedang melakukan kunjungan-kunjungan ke luar Jakarta sebelum dilantik Oktober mendatang. Dia menyebut Anies sedang berkunjung ke Jepang dan Korea Selatan. Kunjungan tersebut menurut Naufal dalam rangka studi banding dengan kedua negara tersebut.
Anis dalam debat kampanye pernah mengatakan bahwa 'Menata kota lebih dari sekedar manata gedungnya'. Tujuan Anis berkata demikian, Anis masih tidak 'melirik masalah penataan tata kota Jakarta', lebih kepada tujuan keberpihakan untuk masalah sosialnya.
"Menata kota lebih dari sekedar menata gedungnya, menata kota adalah menata bagaimana warga di kota bisa meraih kesejahteraan, keadilan, dan mendapatkan kebahagiaan, birokrasi bertanggung jawab untuk memastikan seluruh asetnya," demikian dikatakan Anies dalam Debat Cagub DKI Jakarta 2017 II Jumat 27 Januari 2017 di Hotel Bidakara, Jakarta.
Hari ini Anis mesti menelan liur sendiri, karena tuntutan jaman ia harus banyak belajar dengan negara maju. Nah, ujung-ujungnya negara yang berkapasitas modern lah bakal dijadikan studi banding. Setiap kampanye yang tidak bervisi akan terealisir akhirnya melalui taktik menang disaat masyarakat lupa dengan kata-kata saat kampanye.
Anis berkunjung ke Jepang dalam rangka menemui Gubernur Tokyo Yuriko Koike. Dia juga belajar tentang pengelolaan air di Negeri Sakura itu. Sedangkan ke Korea Selatan, Anies belajar untuk bagaimana menata kota tanpa menggusur.
"(Jarang ada kegiatan di Jakarta) tidak ada hubungan dengan tidak menyapa warga. Setelah selesai pilkada, masih ada waktu enam bulan sebelum dilantik Oktober nanti. Dan belajar tidak melulu harus di Jakarta," ujar Naufal kepada Liputan6.com di Jakarta, Rabu (2/8/2017).
Dalam akun Instagram pribadi milik Anies @aniesbaswedan, tampak pria berkacamata tersebut mengunjungi Ariake Water Reclamation Center di Jepang untuk menyimak proses pengolahan air bagi warga Tokyo. Lalu, Anies juga sempat menemui Wali Kota Seoul, Won-soon Park dan Gubernur Tokyo, Yuriko Koike di Kantor Gubernur Metropolitan Tokyo.
Semuanya akan bukan kecebong pada waktunya...Artinya, Jakarta efektif untuk semua warga, dengan tidak hanya menata kota tetapi juga menata warga di kota.
Saat Ahok mendengarkan penjelasan soal penampungan air hujan |
Pintu air canal Amere Buiten, Amsterdam |
Sebenarnya tidak ada salahnya Indonesia bisa berguru ke negara lain. Sebagai negara berkembang, Indonesia harus memiliki niat dan itikad yang kuat untuk belajar dari negara-negara maju. Kita harus mengakui jika negara-negara maju memiliki berbagai kelebihan yang tidak dimiliki oleh negara Indonesia, baik dalam bidang ekonomi, sosial, politik, maupun budaya. Keunggulan-keunggulan yang mereka miliki harus kita adopsi untuk menutupi kekurangan kita. Kita harus terbuka dan mau belajar kepada mereka tanpa membeda-bedakan terkait suku, ras, maupun agama. Jika hal itu baik bagi kemajuan bangsa, tidak ada salahnya kita memakainya.
(embo)
No comments:
Post a Comment