Kalau tidak ingin mendapat celaka, Jokowi ingatkan kita main medsos hati-hati! - Indowordnews

Breaking

08 August 2017

Kalau tidak ingin mendapat celaka, Jokowi ingatkan kita main medsos hati-hati!

Kalau tidak ingin mendapat celaka, Jokowi ingatkan kita main medsos hati-hati!

Belakangan ini memang Indonesia saking responsifnya atas dunia internet serta pemanfaatannya pada media sosial, terpampang beragam tulisan dari politisi hingga penggalan itu merambah massa sesuai tingkah dan kelatahan, sinis, banal (dalih menebar ajaran dan nilai agama tertentu tetapi sejatinya hanyalah upaya untuk mencapai target politik sesaat!).

Kemudian prilaku seorang yang sarkastis. Pelakunya bersifat sarkasme itu, suka menyindir, atau menyinggung seseorang atau sesuatu hingga berupa penghinaan yang mengekspresikan rasa kesal dan marah dengan menggunakan kata-kata kasar dengan tujuan melukai perasaan seseorang. Fakta ini kerap berulang dan sudah bernuansa kasar. Fenomenanya bagai suatu 'busur terlepas dari anak panahnya'. Wah!

Hendaklah contoh berperibahasa ini, 'Kalau tak ingin terlimbur pasang, jangan berumah di tepi laut. Kalau tidak ingin mendapat celaka nan berisiko, jangan lakukan pekerjaan yang berbahaya atau sia-sia'.

Tuh, benar kan kata orang-orang tua kita, dahulunya berpesan akan nilai-nilai luhur yang baik. Banyak yang mencela, menghina dan menuliskan ujaran kebencian di medsos. Akibatnya berujung pada kasus hukum termasuk kasus hukum yang diduga menghina Kepala Negara, termasuk Presiden Jokowi saat ini yang paling rentan.

Tercatat sejumlah warga dipolisikan karena menulis status menghina Presiden Jokowi, seperti pemilik akun Facebook Ummu Izzah Mujahidah yang dilaporkan oleh GP Ansor Kota Semarang ke Polda Jawa Tengah karena mengunggah konten yang diduga menghina Presiden Jokowi dan Ketua Umum PBNU, KH Said Aqil Siradj. Lalu ada juga Sri Rahayu yang ditangkap lantaran diduga menyebarkan konten yang menghina Presiden Jokowi lewat akun Facebook miliknya.

Presiden Joko Widodo mengingatkan bahaya bermain media sosial atau medsos. Kalau tidak bijak menggunakannya, bisa berakibat fatal. Khusus generasi muda, misalnya kalangan remaja, berhati-hati dalam menggunakan media sosial. Dia tak ingin status yang diunggah bisa menyinggung perasaan orang lain. Presiden Jokowi berpesan demikian saat membuka acara Silaturahim Ulama Pondok Pesantren dan Peresmian Pembukaan Pasanggiri Nasional Tingkat Remaja Perguruan Pencak Silat Nasional (Persinas) ASAD tahun 2017 di Lubang Buaya, Jakarta Timur, Selasa 8 Agustus 2017.

'Terutama remaja, kita hati-hati buat status. Apakah singgung orang lain, apakah sebabkan sakit hati orang lain. Apalagi niatnya langsung mencela, mencemooh. Itu jangan,"

"Apalagi niatnya ingin mencela, ingin mencemooh. Saya selalu sampaikan jangan. Kita ini saudara sebangsa setanah air. Jangan lupakan itu," lanjut Presiden Jokowi. Jokowi menegaskan masyarakat Indonesia adalah satu bangsa dan satu tanah air. Untuk itu, unggahan yang mencemooh dan menyinggung perasaan orang lain di media sosial seharusnya tidak dilakukan. "Saya ingatkan, kita ini saudara sebangsa dan setanah air. Jangan lakukan itu," katanya.
"Ini patut disyukuri. Kita hanya kalah dengan India dan Tiongkok. Turki, Korsel, Meksiko, Jerman, Uni Eropa, Arab Saudi, Jepang, semua di bawah kita jauh. Ini yang sering kita tidak sadari dan syukuri," ucapnya.
Jokowi mengatakan saat ini pemerintah sedang sibuk menyiapkan pembangunan secara fisik. Di antara negara G20, kata Jokowi, pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di posisi ketiga yang terbaik. Beliau mengajak masyarakat Indonesia mensyukuri apa yang telah diberikan Allah SWT.
"Dengan pertumbuhan ekonomi seperti ini, meskipun pertumbuhan ekonomi dunia sangat melambat dan tidak baik, tapi negara kita masih berada di posisi di atas lima. Baru diumumkan lagi kuartal tahun 2017, kedua, alhamdulillah masih pada posisi di atas 5 atau di angka 5,01 persen," jelas Jokowi. "Inflasi juga sama. Artinya, inflasi kalau ada pertumbuhan ekonomi dan inflasinya di bawah, itu artinya ada keuntungan masyarakat di dalam daya beli, membeli sesuatu," imbuh Jokowi. - Detik.

Atas dasar bahaya besar penggunaan medsos yang tak terkendali dalam prilaku banal, sarkas, dan nyinyiran tak berdasar itu, maka dalam kesempatan ini para pegiat media informasi hendaknya pula menasehati anak bangsa yang ranum ini. Menulislah sambil berpesan wasiat.

Layak untuk dikembangkan juga upaya-upaya 'mendidik' dan 'mengarahkan kembali' agar para elite agama, tokoh agama atau sebutan lainnya kembali ke jalan lurus yakni menjalankan tugas-peran sebagai 'pencerah religiusitas' menuju oase hidup umat yang lebih beradab, jujur, toleran dan bertanggungjawab dalam setiap ucapan, laku dan tindak-tanduknya tak hanya kepada sang pencipta, tetapi kepada keadaban umat, berbangsa dan bernegara.

Konstelasi politik yang tinggi terkadang lupa manusia sedang berada dititik mana. Semestinya pesan-pesan media sosial dan pesan-pesan politik, agama serta ujaran sosial dan komunikasi massa, mengajak masyarakat Indonesia saling menjaga sesama dirinya dalam kerangka satu nusa, satu bangsa. Siapa lagi kalau bukan kita, kapan lagi kalau sekarang, bukan besok. "Pesan moral agama" tiada harapan lain, selain bagaimana pesan agama itu mengingatkan agar anak dan cucu  Adam ini bisa kembali pulang menuju Tuhannya dengan tenang, damai dan di rahmati, bukanya pulang dalam bala petaka dan kehinaan.

Politik dan gaya hidup abnormal dapat membuat lupa daratan, bahkan itu memang melupakan. Apalagi hidup terkini berada di era fututristik, yang sekarang serba digital, modern dan pesatnya peradaban, teknologi modern, komsumsi tinggi, kancah hidup yang serba instan dan apalagi geo tinggalnya berada di megapolitan. Kiasan kegelapan malam pun menjelmakan siang dalam kemegahan dunia. Politik, harta tahta wanita adalah dendam nafsu yang tak terlampiaskan hingga di klimakskan melalui banalis sosial. Itu makin di manfaatkan oleh kaum oportunis (kaum aji mumpungan).

Sekian Pak Presiden!!

(embo)




No comments:

Post a Comment