Pemimpin de facto Myanmar Aung San Suu Kyi. (Foto: AFP) |
Rumah Kediaman Aung San Suu Kyi, Foto. AFP. |
Hari Rabu kemarin, hari yang menandai dua tahun sejak partai Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) Suu Kyi mengambil alih parlemen Myanmar setelah memenangkan pemilihan 2015, memberi negara itu pemerintahan demokratis pertamanya dalam beberapa dasawarsa.
Bom bensin tersebut menyebabkan kerusakan ringan. Namun serangan terhadap vila tempat Suu Kyi menetap selama bertahun-tahun sebagai tahanan rumah oleh bekas kebijakan junta itu menjadi pertanda.
Petugas Kepolisian Myanmar berpatroli usai Bom Molotov Dilempar ke Rumah Aung San Suu Kyi [AFP] |
Hampir 700.000 orang Rohingya telah melarikan diri dari tindakan militer brutal di negara bagian Rakhine utara ke kamp-kamp pengungsi di Bangladesh sejak Agustus, memiliki bukti dan kesaksian tentang pembunuhan, pemerkosaan dan pembakaran. Pemerintah Suu Kyi justeru membantah keras tuduhan tersebut dengan sengaja menargetkan warga sipil Rohingya.
Tapi di pihak Myanmar, Suu Kyi, yang meraih suara pada pemilihan tahun 2015, masih dianggap sebagai pahlawan wanita bagi mayoritas penduduk Budha, yang dengan senang hati menjulukinya "Lady".
Banyak di dalam negeri Myanmar menganggap orang Rohingya sebagai imigran gelap dari "Bengali".
Suu Kyi berada di Naypyidaw pada saat insiden hari Kamis dan dijadwalkan untuk bertemu dengan parlemen untuk memperingati ulang tahun kedua kekuasaan pemerintahan NLD-nya.
[mk]
No comments:
Post a Comment