Cuitan Anggota Tim Sinkronisasi Anis-Sandi Menghina Palangkaraya - Indowordnews

Breaking

07 July 2017

Cuitan Anggota Tim Sinkronisasi Anis-Sandi Menghina Palangkaraya

Jagat maya dihebohkan dengan cuitan Marco Kusuma Wijaya terkait mengenai pemindahan Ibu Kota DKI Jakarta ke wilayah lain, terutama Palangkaraya, Kalimantan Tengah.

Berikut cuitan Marco Kusumawijaya, di akun twitter milik pribadinya :
Screen Shoot Cuitan Marco di @mkusumawijaya tentang Pindahnya ibu Kota
Screen Shoot Cuitan Marco di @mkusumawijaya
"Kira-kira korupsi meningkat kah kalau kantor-kantor pemerintah pindah ke Kalimantan? Apakah media akan buka kantor di sana? Atau biar monyet - monyet yang jadi saksi?" Adalah hasil cuitannya banyak mendapat respon beragam dari netizen.

Salah satu netizen membalas cuitannya, "Pak kami orang kalimantan pun beradab, dan banyak juga yang tinggal disana adalah saudara -saudara kita (manusia) bukan cuman monyet. Terimakasih". Bahkan ada yang membalas, mengatakan Marco ini stress tak usah ditanggapi.

Cuitan Marco Kusumawijaya, menyebutkan biarkan monyet-monyet yang menjadi saksi kalau pemerintah memindahkan kantor-kantor ke Kalimantan dalam wacana pemindahan ibu kota. Mari lihat gambar di bawah.
Wajah Ibu Kota Jakarta dan Foto Udara Kota Palangkaraya.
Dari gambar diatas sangat berbanding jauh, sebab menunjukkan perbedaan sketsa antara gambaran kemajuan Jakarta saat ini dengan Palangkaraya yang masih belum banyak memiliki gedung-gedung pencakar langit. Mungkin, hal inilah yang membuat sebagian pihak merasa sangat ironi bercampur heran tatkala mereka berfikiran ibu kota Indonesia dipindahkan ke wilayah lain, salah satunya ialah Palangkaraya.

Namun, kesalahan cuitan Marco inilah yang mengundang perlawanan opini, terkesan menghina, dan menganggap monyet-monyet jadi saksi itu ialah orang-orang yang ada di Palangkaraya (terlihat tidak ada monyet berkeliaran). Sebab, dengan melihat kota Palangkaraya yang telah memiliki infrastruktur bangunan pemerintahan dan pengembangan kotanya, mungkinkah masih ada monyet-monyet berkeliaran?
Distako Palangkaraya. File doc.TribunPalangkaraya
Paham gagal dari Marco sangat menohok, mungkin ia sama sekali kurang berwawasan menilai Palangkaraya. Para netizen menimpalinya dengan beragam komentar, termasuk masalah gaya hidup dan pertambangan tak bisa dianggap remeh. Batu bara, emas dan lainnya di Palangkaraya banyak menyumbang hasil untuk pembangunan di Jawa.
Ilustrasi - Penambangan batu bara. (istimewa)
Memang setiap orang beranggapan, kemajuan itu belum berarti sama sekali dalam mengusung promosi sebuah negara. Kawasan perkotaan besar, Jakarta mungkin telah jauh terkenal, dibarengi dengan kawasan bisnis, industri dan seabrek masalah elit lainnya yang menggiurkan. Namun, bukan itu yang menjadi kendala pemerintah. Karena, mendengar ulasan Bappenas, bahwa kantor pemerintahan itu khusus hanya di wilayah ibu kota ketika telah dilaksanakan pemindahannya, sedangkan akses-akses bidang lain masih mengutamakan Jakarta.

Inisiatif pemindahan Ibu Kota urgensi nya bertujuan untuk nilai efisiensi dan efektifitas penyelenggaraan pemerintahan negara. Power of change, dalam rangka mengejar percepatan urusan administrasi kenegaraan itu lebih penting dari sekedar kota metropolitan yang elegen, namun macet dan terkendala daya cepat. Pemerintah bertujuan mengejar kecepatan dan ketepatan. Masalahnya, persaingan global semakin ketat.

Marco yang memiliki laman facebook Marco Kusumawijaya, merupakan Ahli Tata Kota dan mejadi salah satu orang yang pernah diisukan mencalonkan diri menjadi salah satu bakal calon (balon) Gubernur DKI.

Sebagai aktivis dan pengamat perkotaan, Marco yang kini diikutkan dan tergabung dalam anggota Tim Sinkronisasi Anies-Sandi, untuk Periode Pemerintahan DKI Jakarta setelah Anies-Sandi menang Pilgub. Marco ini juga seorang arsitek, peneliti dan perencana perkotaan yang aktif di organisasi Rujak Center for Urban Studies. Ia Kerap mengkritik gaya pembangunan Basuki Tjahaya Purnama alias Ahok adalah Marco, terutama kebijakan pemerintahan Gubernur Basuki Tjahaja Purnama dalam hal penggusuran dan reklamasi. 

Dalam wawancaranya dengan Tempo beberapa waktu lalu, Marco mengeluarkan ulasannya atas penataan kota, dari pendapatnya tersebut sangat tendensius mengarah kepada ketidakberpihakan, ia berpendapat 'dalam merencanakan perubahan kota, yang paling penting dipikirkan adalah perubahan tersebut harus dirancang bersama-sama, sehingga dalam proses pembangunan harus mengajak sebanyak mungkin pihak terlibat. Karena kalau banyak orang yang terlibat, banyak orang akan merasa saling memiliki. Dia akan berbuat yang terbaik untuk kota tanpa diminta', ujarnya. 
Sandiaga bertemu Marco (Foto: Detik)
Tampak dalam setiap pandangan keahlian dan politiknya itu, Marco kerap mengkritik apapun yang tidak elok dimatanya dalam menyorot pemerintahan saat ini, termasuk di DKI hingga nasional semua pandangan politiknya kentara sekali sebagai oposan murni. Maklum, Prabowo dibelakangnya.

Terkait penataan kota, misalnya termasuk Jakarta, ia melihat pemerintah DKI-Jakarta tidak pernah melibatkan banyak pihak, termasuk Jakarta itu sendiri. Terbukti, beberapa proyek besar yang ada di Jakarta, lanjutnya, selalu berbenturan dengan pihak lain, termasuk dengan warga setempat. "Lihat reklamasi. Kalau kami (aktivis) tidak ribut, mana mungkin bisa tahu banyak pelanggaran dalam prosesnya," kata Marco.

Wahai Marco, Jakarta ini cukup luas, jika terkait Jakarta maka seluruh elemennya dilibatkan, walapun yang tidak perlu, intinya seluruh Jakarta. Kenyataannya, saat ini pihak Anies-Sandi mendukung reklamasi. Penolakan reklamasi masih simpang siur, intinya kelompok oposan meminta jatah, namun dengan cara buruk, mereka kerap mencitrakan jelek cara kerja pemerintah itu.

Mengenai masalah penggusuran, Marco menilai Ahok kurang kredibel. Dalam membuat keputusan penting dan kritis, kata Marco, jangan hanya berdasarkan pandangan yang sempit. Hal ini terlihat dari cara Ahok menggusur warga dengan dalih tanah negara. Melihat anggapan tersebut, Marco menilai banyak hal yang tidak diketahui Ahok sebagai gubernur.

Marco menyebutkan bahwa tanah negara itu tidak sama dengan tanah pemerintah. Menurut dia, falsafah dari Undang-Undang Agraria itu, pemerintah itu hanya bagian dari salah satu pihak dalam negara, sehingga tanah negara memang bisa dipakai oleh rakyat, sebagaimana dimuat DISINI.
Ahok saat dirusun Rawa Bebek
Namun, perang Insinyur pernah terjadi dijaman Ahok. Waktu itu Ahok (Ir. Basuki Tjahaya Purnama) langsung menyentil Ir. Marco Kusumawijaya, M.Arch.Eng. “Nah, si Marco pintar ngomong. Toh, saya masih punya video sama dia. Waktu dia datang ‘Kami ingin bantu. Awas jangan sampai terjadi kesalahan’. Gue kasih semua data. Sama dia. ‘Lu yang gambar kayak gimana, kasih kita deh.’ Enggak balik-balik, Bos. Makanya pengamat tuh pintar ngomong doang. Mana si Marco? Enggak sanggup,” kata Ahok.

Jadi, seorang politisi ataupun berprofesi sebagai ahli dewasa ini bukanlah murni memperjuangkan hakekat kehidupan bernegara dan berbangsa, melainkan dengan cuitan-cuitan itu sekedar sensasi belaka. Terbukti, Ahok pun menilai Marco hanya pintar ngomong.
Dah itu ajahhh.

(embo)

No comments:

Post a Comment