'Ndeso' Di Stop Membuat Pelapor Kaesang Kecewa : "Kesimpulan Wakapolri Tidak profesional"? - Indowordnews

Breaking

07 July 2017

'Ndeso' Di Stop Membuat Pelapor Kaesang Kecewa : "Kesimpulan Wakapolri Tidak profesional"?

Penghentian laporan atas Kaesang mendapat mendapat kritikan beberapa pihak. Karena, tidak mengandung adanya unsur pidana, pihak Kepolisian memutuskan untuk tidak memproses lebih lanjut laporan Muhammad Hidayat. S (53) atas putra Presiden Jokowi, Kaesang Pangarep.

Kaesang dan Ustadz Abu Janda #Viral 'Ndeso'
Sesuai dengan alasan tidak adanya unsur sangkaan pidana, kasus pelaporan Vlog Video Kaesang oleh M Hidayat S, merupakan salah satu kasus pelaporan (dari sekian laporan yang dilayangkan si pelapor) dihentikan oleh pihak kepolisian. Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Penmas) Polri Brigjen Pol Rikwanto menjelaskan (kutipannya dilaman detikcom):
"Tidak semua dihentikan, tapi banyak yang dihentikan. (Alasannya) karena tidak cukup bukti atau unsur pidananya tidak memenuhi untuk proses penyelidikan lebih lanjut". Rikwanto menjelaskan, polisi terbuka menerima setiap laporan masyarakat. Akan tetapi, tidak menjamin setiap laporan masyarakat itu bisa dilanjutkan hingga ke proses penyidikan. "Setiap laporan masyarakat itu kan digelar dahulu, apakah cukup unsur pidana atau tidak. Kalau tidak ada unsur pidana, ya tidak bisa kita lanjutkan ke proses penyidikan," ungkapnya. Kamis (6/7/2017).
Brigjen Rikwanto/Foto: Kanavino Ahmad Rizqo/detikcom
Sebelumnya, sudah berulangkali ! Muhammad Hidayat, pelapor putra Presiden Jokowi, Kaesang Pangarep, kerap membuat laporan ke polisi, dan seringkali, laporan yang dibuatnya dianggap tidak objektif, mengada-ada. Banyak di antara laporannya itu yang dihentikan oleh pihak kepolisian karena kerap tidak memenuhi unsur pidana. Dalam catatan kepolisian, Muhammad Hidayat sudah membuat 60 laporan polisi. Perkara yang dia laporkan ke polisi, macam-macam, bahkan terkesan dianggap mengada-ada.

Menurut Wakapolri, Komjen Syafruddin, laporan tersebut tidak memenuhi unsur pidana. "Saya tegaskan (laporan) itu mengada ada. Ya, laporannya mengada-ada. Ya kami tidak akan tindak lanjuti laporan itu," kata Syafruddin, di Mabes Polri, Jakarta Selatan. Syafruddin menilai, kata "ndeso" yang dimaksud oleh Kaesang tidak menunjuk pada subjek tertentu melainkan suatu candaan. Guyonan ini, sudah ada dan dilontarkan oleh masyarakat Indonesia sejak lama. "Omongan 'ndeso' itu kan ya, saya juga dari kecil sudah dengar omongan 'ndeso' itu, guyonan saja," kata Syafruddin, Kamis (6/7/2017), sebagaimana dikutip pada laman Kompas

Laporan soal Kaesang yang dihentikan tersebut, membuat Fadli Zon turut bersuara "Harusnya Diperiksa Dulu", sebagaimana dikutip oleh Detikcom.

Wakil Ketua DPR Fadli Zon (Andhika Prasetia/detikcom)
Fadli Zon mengatakan, "Mungkin tanyakan ke kepolisian, saya tak tahu maksudnya bagaimana. Tapi memang sangat cepat sekali. Nah, kan penilaian ini menjadi penilaian subjektif, bagaimana dengan kasus lain yang saya juga berpendapat mengada-ada,". Fadli menyerahkan kepada masyarakat untuk menilai cepatnya penghentian laporan atas Kaesang. Menurutnya, semestinya polisi memeriksa pelapor terlebih dahulu. "Biar masyarakat yang menilai di mana ada keadilan atau tidak. Kalau orang lapor tiba-tiba dinyatakan tidak ada, kan harusnya diperiksa dulu, paling tidak diperlakukan secara ekual atau sama," tuturnya.

Baca juga: Laporan soal Kaesang Disetop, Fadli Zon: Harusnya Diperiksa Dulu

Nyinyiran Fadli Zon itu diungkapnya saat dijambangi awak media, ia membandingkannya dengan kasus dugaan makar yang melibatkan Sekjen FUI Muhamad al-Khaththath. Fadli Zon berpendapat, 'proses kasus Al-Khaththath harus dihentikan', ujar Fadli di kompleks parlemen, Senayan, Jakarta Pusat, Kamis (6/7/2017).

Muhammad Hidayat, pelapor Kaesang.(Foto: Muhammad Faisal Nu'man/kumparan)
Muhammad Hidayat mengikut jejak Fadli Zon ia pun menyebut Syafruddin (Wakapolri) tidak profesional serta melanggar disiplin dan kode etik Polri. Ia kecewa atas keputusan Polisi menstop laporannya atas Video Vlog Kaesang. "Tanggapan saya, Wakapolri buat statement seperti itu, itu menunjukkan Wakapolri sebagai pejabat kepolisian yang tidak profesional. Dan patut diduga sudah melakukan pelanggaran disiplin dan kode etik Polri," kata Hidayat kepada detikcom, Kamis (6/7/2017).

Bicara masalah istilah “ndeso”, kata “ndeso” melambung setelah Video Vlog Kaesang, lalu dianggap "hatespeech' oleh Muhamad Hidayat. Ia kemudian melaporkan putra bungsu Presiden Jokowi, Kaesang Pangarep, dengan tuduhan penodaan agama dan ujaran kebencian (hate speech) yang berbau SARA dalam Vlog tersebut. Kutipan dialek 'Ndeso' akhirnya ramai dibicarakan di berbagai media sosial. bahkan sempat menjadi trending topic Twitter.

Kata 'Ndeso' sesungguhnya telah lama 'familiar' di tengah masyarakat. Tokohnya ialah Tukul Arwana. Tukul adalah salah satu figur yang gampang di kenali dengan tingkahnya yang sering sebut norak, katro dan juga ndeso. Pelawak sekaligus artis ini kerap dicap Kampungan, Tapi lumayan, ternyata pendapatannya sangat Fantastis!
Tukul Arwana. Modifikasi dari File-Kompas.com
Seperti kita ketahui bersama, bahwa kata Ndeso berasal dari kata desa. Tapi dalam hal ini kata ndeso lebih mengacu ke arti sifat, yaitu sama saja dengan kampungan. Tukul Arwana sering sekali menyebutkan kata – kata itu dalam membawakan acaranya yang di kemas sedikit komedi dan akhirnya kata – kata itu melekat sekali dengan diri dia yang orang sebut, bahwa meskipun wajah Ndeso tapi rejeki kutho. Artinya bahwa meskipun kampunagn tapi rejekinya tetep melimpah layaknya orang kota.

Jadi, tidak hanya Kaesang Pangarep viral dengan 'Vlog' videonya yang beredar luas di media sosial, termasuk youtube. Tukul, mestinya juga telah dapat dikenai dugaan 'penistaan' atas kelas masyarakat kampungan. Mungkin, dengan sifatnya yang 'ndeso', Muhammad Hidayat memiliki tabiat katrok, ndeso dan mungkin mudah tersungging, sehingga secara tendesius, tanpa babibubaberuuu, ia nekat melaporkan Vlog 'Ndeso' Kaesang.

Siapapun, kerap berbicara 'ndeso', dalam percakapan canda-tawa sehari-hari ditengah masyarakat, canda-humor dengan nada yang ditanggapi secara konotasi beragam. Maka, kata 'ndeso' yang diikutkan dalam dialek itu terkadang mampu bikin seseorang merem, melek.

Ya, begitulah, mungkin, M Hidayat ini langsung melek, mengingat aliran paham pikirnya yang falase umum (sesat pikir) akibat kuatnya radikalis pikir yang sedang menggelinding, membuat ia turut ingin tampil ke permukaan bumi datar. Lapor, lapor, lapor!, nista, nista, dan nista! adalah lirik 'rock' yang kerap menggema pada grub penganut 'sakit hati' akibat kesalahan politik.

Justeru bukan hanya Kaesang (Kaesang hanya orang kesekian) yang mengungkapkan kata, 'ndeso, 'ndeso'. Bagaimana dengan Ustadz Abu Janda al Boliwudi? Merupakan sosok seorang ustad parodi ini banyak baiknya meskipun ada beberapa hal yang tak cocok bagi kalangan muslim moderat sekalipun. Terkesan agak liberal, khususnya saat bicara tentang politik terkait kepemimpinan non-Muslim.

Namun di sisi lain tulisan-tulisannya yang menyerang paham radikal ala Wahabi layak dijadikan tambahan sumber di antara sumber-sumber lain dari akun yang lebih jelas. Dan tak kalah Heboh !!! Dasar Ndeso Jadi viral yang merupakan karya Parodi 'Moderat'nya. Video "DASAR NDESO!" ❤️ Salam Kecebong ❤️ ini juga viral di media sosial terutama. Dalam laman Fun Page Facebook Ustad Abu Janda al-Boliwudi.
Wong Deso itu berbeda dengan Ndeso. Wong deso adalah orang yang tinggal di desa, sedangkan Ndeso adalah ledekan untuk orang lebay, udik, norak...Jadi wong deso belum tentu Ndeso, tapi orang kota metropolitan bisa Ndeso (ngota tapi kelakuan udik kampungan). #KamiBersamaKaesang.

Kutipan Video Viral Abu Janda :
DASAR NDESO! Bikin pawai ngajakin anak2 kecil aja udah salah -eksploitasi anak-, eh masih ngajarin lagi itu anak2 lugu tak berdosa nyanyi2 pakai kata "BUNUH BUNUH BUNUH SI ....." DASAR NDESO! Cuma gara2 urusan Pilkada sampai bikin aksi boikot jenazah tidak mau menshalati pakai manipulasi ayat Al-Quran padahal tujuannya untuk intimidasi orang agar tidak memilih calon lawan....DASAR NDESO! Ada serangan teroris sampai jatuh korban tewas bukannya mengucapkan bela sungkawa kepada keluarga korban malah bikin cerita teroris rekayasa....DASAR NDESO! Teriak teriak nuntut penegakan hukum kepada aparat jangan tebang pilih, giliran aparat mau menegakkan hukum pada orang dari kelompok mereka malah nuduh Kriminalisasi... DASAR NDESO! Tiap hari koar koar "Bela Ulama" tapi setiap hari menghina ulama ulama sepuh Indonesia seperti Habib Quraish Shihab, KH. Kiai Said Ketum NU, karena dianggap bukan ulama kelompok mereka... DASAR NDESO! Teriak2 tolak pemimpin kafir, tolak pemimpin mulut jamban, dikasih pemimpin MUSLIM SANTUN JUJUR seperti pak Jokowi malah difitnah-fitnah PKI...DASAR NDESO! Sebenarnya menyebut mereka "ndeso" adalah PENGHINAAN bagi orang deso.. karena orang deso juga ngga kampungan seperti mereka SALAM KECEBONG.

Sampai saat ini, tak seorangpun kaum nyiyir melaporkan Ustad Parodi satu ini. Dengan videonya yang kontras "Ndeso' dan terungkap, kata-kata vulgar menyinggung pihak-pihak yang terkesan anti toleran bakal kesedak. Namun, kenapa tidak pula dikatakan 'dugaan penistan atas kelompok tertentu'?
Jadi, Kaesang sengaja diserang, atau mungkin pihak pelapor kurang mencermati video-video viral berseliweran.

Jika iya, maka Muhammad Hidayat S bakal mati ditengah jalan, kecapean lapor sana kemari, karena video-video yang dianggapnya berkonotasi ini itu cukup banyak, apalagi 'kata Ndeso'membuatnya makin bingung, mau laporin yang mana pun terserah...

Mantan Terlapor 'Video', Siapa Makhluk Tak Bernyawa Jadi Dimayatkan Lagi? 
#BapakMintaProyek by. Kaesang
Jangan hanya Kaesang, sebab jika hanya Kaesang tampak bahwa afiliasi politik oposisi (melawan Jokowi) itu jelas-jelas sangat kentara, para pendukung Prabowo, FUI, HTI, atau FPI alias kaum 'Cingkrang Nyinyiran', kaum bumi datar yang memang masih memendam rasa 'Sakit Hati'! Istilah CitaCitata "Sakitnya tuh disini"...Siap-Siap 2019!

Nyinyir Permanen.

Embo

No comments:

Post a Comment