Jokowi dan jajaran Pemerintah saat memantau hutan, bencana asap di Pulau Sumatera.
|
Hutan-hutan ini adalah rumah bagi banyak flora dan fauna yang tak tertandingi di negara dengan ukuran yang sebanding manapun. Bahkan saat ini, hampir setiap ekspedisi ilmiah yang dilakukan di hutan tropis Indonesia kembali dengan penemuan spesies baru.
Analisis komprehensif berbasis peta pada skala dan laju perubahan yang berdampak pada hutan Indonesia dan penyebab serta para pelaku yang mengakibatkan deforestasi - mengubah Indonesia dari negara yang kaya akan hutan menjadi negara yang miskin akan hutan.
Presiden Jokowi juga tidak tinggal diam menyikapi hutan Indonesia. "Sudah bertahun-tahun pengelolaan hutan kita monoton. Tidak ada pembaruan. Hutan belum memberikan manfaat signifikan terhadap kesejahteraan masyarakat".
Hal itu disampaikan Jokowi saat momen menghadiri peringatan Hari Lingkungan Hidup 2017.
"Saya mengingatkan: segera hentikan program maupun rencana kehutanan yang berorientasi proyek. Saya punya data siapa saja yang bermain proyek di sektor kehutanan", ungkapnya.
Salah seorang penerima penghargaan Kalpataru 2017, menarik perhatian Presiden Joko Widodo. Pria bernama Aleks Waisimon asal Jayapura tersebut merupakan pelestari hewan endemik Papua, Cendrawasih.
Di muat detik, Aleks mengungkapkan bahwa ia setiap hari merawat hutan dan semua habitat, kata Aleks yang berdiri di sebelah Jokowi di panggung acara Hari Lingkungan Hidup di Gedung Manggala Wanabakti, Rabu (2/8/2017).
Kali ini Jokowi menyikat habis tentang kehutanan Indonesia. Pidato dia begitu menggebu dan penuh emosi. Jokowi menyemprot Menteri Kehutanan, Jokowi memberikan intruksi atau perintah pada Menteri Kehutanan untuk memerangi mafia dan menghentikan praktek-praktek ilegal!.
Pandangan Jokowi dalam mengelola hutan dibutuhkan sosok yang memiliki jiwa mulia dan etos kerja yang baik, yang mampu menjalankan amanat untuk melindungi hutan. Pemanfaatan nilai ekonomis hutan harus seimbang dengan upaya pelestariannya. Hutan lindung haruslah dilindungi. Jangan hanya namanya taman nasional tapi digerogoti sedikit-sedikit, tahu-tahu sudah ratusan atau ribuan hektare hilang.
Penyataan Jokowi tersebut sesuai dengan fakta dilapangan. Sebagai referensi data dari Kompas memuat bahwa setiap tahun Indonesia kehilangan hutan seluas 684.000 hektar akibat pembalakan liar, kebakaran hutan, perambahan hutan dan alih fungsi hutan.
Menurut data yang dirilis Badan Pangan dan Pertanian Dunia (FAO) berdasarkan data dari Global Forest Resources Assessment (FRA), Indonesia menempati peringkat kedua dunia tertinggi kehilangan hutan setelah Brasil yang berada di urutan pertama.
Padahal, Indonesia disebut sebagai megadiverse country karena memiliki hutan terluas dengan keanekaragaman hayatinya terkaya di dunia.
Dalam sebuah seminar, pihak Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan serta Pemerintah Provinsi Sulsel disebutkan data Kehutanan di Indonesia dengan total luas hutan saat ini mencapai 124 juta hektar. Tetapi sejak 2010 sampai 2015, Indonesia menempati urutan kedua tertinggi kehilangan luas hutannya yang mencapai 684.000 hektar tiap tahunnya, menurut Deputi FAO Representative bidang program di Indonesia, 2016.
Akhirnya, masyarakat pastinya bergantung pada kebijakan publik pemerintah yang tegas. Laporan-laporan dari media dan manfaat LSM memang membantu, namun adanya LSM pun tidak juga menyurutkan kondisi hutan kita saat ini bisa lebih baik.
Berharapnya masyarakat akan sosok Presiden Jokowi. Dalam akun facebooknya, banyak berkomentar bahwa salah satunya tentang sawit. "Kalau boleh saya minta, tolong pak sisa hutan yang ada di Indonesia ini dijadikan Taman Nasional semua, terutama di Kalimantan ini, jangan sampai habis dijadikan lahan sawit dan tambang batu bara, kata salah satu komentar di akun laman facebook Presiden Joko Widodo.
Kemudian komantar lainnya, 'Saya bangga kita semua rakyat Indonesia punya pemimpin yang arif dan bijaksana dengan kearifan Bapak saya sebagai petani merasa prihatin, karena hasil bumi tersebut kurang maksimal tidak seperti dahulu". Di Sumatra Selatan hutan sudah banyak habis banyak di buka perkubunan sawit sehingga banyak menggalami banjir setiap tahun saya pribadi mohon jangan di kasih lagi izin pada perkebunan sawit, ujarnya.
Hanya tetap ada yang nyinyir. Salah satu komen yang tidak nyambung dengan tema ialah pernyataannya yang mengatakan "Pendukung jokowi mayoritas non muslim, kecerdasan di era ini mengarah kearah atheisme, sudah bisa dipastikan anak cucu kita tak mengenal iman".
Ujaran itu sangat jauh dalam benak imajinasinya. Konteks kehutanan yang telah parah dianggap sebagai komplain masyarakat yang menjurus kepada kehilangan iman. Seharusnya semua berkaca bahwa Tuhan dan Alam merupakan satu sinergi yang terpaut dalam dalam kesatuan yang nisbi, namun alam realita memperlihatkan bahwa butuh upaya 'lestari alam' melalui tangan manusia yang diberi kewajiban memelihara.
(embo)
No comments:
Post a Comment