Patung Cheng Ho atau Patung Khong Co? Daripada Doyan mengkafirkan mending berani bertaruh penghormatan! - Indowordnews

Breaking

09 August 2017

Patung Cheng Ho atau Patung Khong Co? Daripada Doyan mengkafirkan mending berani bertaruh penghormatan!

Patung Cheng Ho atau Patung Khong Co? Daripada Doyan mengkafirkan mending berani bertaruh penghormatan!
Patung Laksamana Cheng Ho.
Warga Tionghoa keturunan di Indonesia kerap menelurkan cara kreatifnya dalam membangun peradaban nilai. Jangan kan sekedar budaya yang dijunjung tinggi bahkan lakon legendaris masih tetap jadi nilai tersohor kemudian mendapat sebuah penghormatan layak dan amal penghargaan atas keluhuran pada jagat perjalanan hidup.

Beberapa waktu lalu berbagai pikiran berbeda pandangan atas bangunan dan pendirian Patung Khong Co di Tuban. Sebagian ada yang berargumen dengan nyinyiran yang penuh sarkastik, kalau itu patung tidak layak di bangun.

Karena opini-opini yang berkembang sebagian menganggap bukan nilai kebudayaan Indonesia, lalu sebagian menganggap sah-sah saja sebab memang terletak dilingkungan lokasi Klenteng. Ini bukti penghormatan pihak klenteng atas seorang lakon tokoh dalam perjalanan agama yang di akui, yakni Konghucu di Indonesia. Kalau sudah diakui sejak Gus Dur, mau diapain lagi. Kebhinekaan dan NKRI masih dalam lingkup bagiannya.

Ketika semua beranggapan lain, ternyata pihak Pemda setempat hanya menyorot permasalahan IMB nya bukan faktor budaya lain atau agama tertentu. Tapi jika merunut cara pandang yang ada, semestinya semua pihak patut mengapresiasi Yayasan Klenteng. Bukan dijadikan polemik.

Ramainya perbincangan di media sosial tentang patung dewa yang berdiri di kompleks kelenteng, Kapolres Tuban AKBP Fadly Samad akhirnya menegaskan bahwa situasi di wilayah itu aman tanpa gesekan. Perbincangan itu hanya hangat diluaran, khususnya Medsos.

Berbicara mengenai kebiasaan, dalam jaringan klenteng di Indonesia semua berfikir sama akan sebuah nilai penghormatan. Nilai budaya leluhur sangat dihormati. Jangankan Khong Co, Cheng Ho juga masih dihargai walaupun ia seorang sejarah muslim.

Mengingat siapa sebenarnya cheng ho, Cheng Ho, adalah seorang pelaut dan penjelajah Cina terkenal yang melakukan pelayaran jelajah samudra antara tahun 1405 hingga 1433.

Ingin melihat patung Cheng Ho tertinggi di dunia? Tidak perlu jauh-jauh ke Tiongkok, negeri asal sang laksamana. Patung itu berada di Kelenteng Sam Poo Kong, Jalan Simongan Raya No 126, Kota Semarang, Jawa Tengah. Tempat ibadah ini terbuka untuk umum.

Patung Laksamana Cheng Ho yang berada di Kelenteng Sam Poo Kong. 
Pihak klenteng begitu masih menghargai Cheng Ho, walau sejarah keimanan yang berbeda. Islam dan atau Khonghucu. Mereka menghormati sang Legenda. Hal itu sebagaimana terjadi di Klenteng Sam Poo Kong, Semarang, Jateng.

Jika menilik Klenteng Sam Poo Kong, ia adalah hubungan diantara muhibah (penghayatan) dan perjalanan Laksamana Cheng Ho. Menurut inskripsi di Klenteng Sam Poo Kong yang ditulis dalam tiga bahasa, Inggris, China, dan Indonesia, tercatat Cheng Ho telah dua kali datang ke Kota Semarang, yakni pada 1406 dan 1416 M.

Asal nama Sam Poo Kong diceritakan berasal dari nama Cheng Ho. Laksamana Cheng Ho merupakan sidasida (pria yang dikebiri dan mengabdikan diri pada istana) yang berasal dari Yunan dan biasa disebut San Pau. Sementara, orang-orang dari daerah Fukien menyebutnya dengan nama Sam Po. Diketahui, orang-orang China perantauan di Simongan berasal dari Fukien.

Cheng Ho juga disebut Sam Po Tay Djien atau Sam Po Tao Lang yang berarti Tuan Besar Sam Po.

Dalam buku Laksamana Cheng Ho dan Klenteng Sam Po Kong; diceritakan tentang asal usul Cheng Ho. Ia dilahirkan di Desa He Dai, Kabupaten Kunyang, Provinsi Yunan, pada tahun Hong Wu ke-4 (1371 M). Keluarganya bermarga Ma, dari suku Hui yang mayoritas beragama Islam.

Berbeda halnya dengan Patung Dewa Khong Co di Tuban sedang mengalami kontroversi (saat ini ditutup dengan kain putih). Padahal patung itu dan beberapa patung lain semestinya menjadi simbol toleransi di Indonesia.
Patung Khong Co Kwan Sing Tee Koen, Tuban, Jawa Timur.
Ketua MPR Zulkifli Hasan membagikan pengalamannya saat berkunjung ke Tuban, Jawa Timur, 17 Juli 2017.

Di kutip detik. Zulkifli Hasan hadir antara lain untuk meresmikan patung Khong Co Kwan Sing Tee Koen setinggi lebih dari 30 meter di dalam kompleks Kelenteng Tri Dharma Kwan Sing Bio.

"Di tengah masyarakat Tuban yang mayoritas muslim, berdiri Klenteng Kwan Sing Bio seluas 10 hektar. Aman, damai & tidak ada masalah," kicaunya melalui akun @ZUL_Hasan.

Namun,  sayangnya, di negeri Indonesia sebagian awam yang belum akil waras dalam berpikir dan menilai sesuatu, sebuah nilai yang berlaku luhur dalam kearifan lokal harus dilihat sebagai suatu sudut pandang yang positif.


(edm/indowrd)

No comments:

Post a Comment